Jumat, 02 Maret 2012

Sahabatku si Sial

"Anee, bangun bangun, udah terlambat tuh!" kata Mommy, "jam berapa ini?" kataku membuka selimut, sambil melihat Mommy. "Jam 06.15 cepetan! kamu nanti telat lo!" kata Mommy melihat jam, "apa!?" kataku sambil berlari ke kamar mandi. "Ckckckckck" kata mommy sambil tersenyum.

Inilah aku, anak usia 15 tahun, aku dibesarkan di sini, di Indonesia. Aku tinggal bersama Dad dan Mommy. Ibu kandung ku sudah meninggal sewaktu aku kecil, dan Dad menikah lagi saat aku umur 3 tahun. Yaa meskipun aku mukaku muka bule, mataku biru, tapi aku tidak bisa berbahasa inggris dan hanya bisa berbahasa indonesia.  Perkenalannya udah dulu, udah telat nih.


"Biiisss! Biiisss!" kataku sambil melambaikan ke bis sekolahku, karena aku ditinggal aku terpaksa berjalan kaki. Berjalan sendiri pastinya nggak enak, dan sialnya lagi 'Crooott!' becak yang ngebut, lewat kubangan air dan 'Voila!' baju ku basah. Ku lihat kekanan ada seorang gadis seusiaku juga terkena air itu. "Maaf ya!" kata gadis itu sambil tersenyum. "Maaf?" kataku yang tentu bingung. Gadis itu belum menjawab pertanyaanku, tapi dia sudah berlalu.

Sesampai di kelas. "Ahahaha, kenapa loe bule gila? Kok bajunya basah gitu?" kata Aldi temanku yang sangat amat amat usil, "kecipratan air di kubangan, pagi ini sial banget! Udah ketinggalan bis, baju juga basah! Oh iya kan aku bawa baju olahraga!" kataku sambil berlari keruang ganti. "Hahaha, bereskan?" kataku melirik ke Aldi.

Teeet! Bel berbunyi, Bu Guru masuk ke kelas. "Sssssshhhhh! Harap tenang!" kata Bu Guru sambil menenangkan seisi kelas. Kelas menjadi tenang. "Perkenalkan ini ada murid baru," kata Bu Guru, murid baru itu masuk ke kelas. "Haduuh capek gue" kataku ke Fany yang duduk di depanku. "Hahaha! Kasihan deh Anee! Eh tuh, ada yang nemenin kamu pake baju olahraga tuh!" kata Fany. Aku pun bangun, dan berkata "Huh? You!" "oh jadi kalian sudah saling kenal? Ya sudah Ranny duduk di sebelah Anee" kata Bu Guru. Ranny pun duduk di sebelah Anee, "Hello, what is your name?" kata Ranny, "Gue bisa bahasa Indonesia kok" kataku. Ranny itu terlohat kaget. "Oh, aku kira kamu bule yang gak bisa Bahasa Indonesia, hahahaha" kata Ranny. "Gue malah nggak bisa Bahasa Inggris" kataku, "Beneran? Tapi rambut kamu pirang dan mata kamu biru, kamu bule asli ya?" kata Ranny. "Emm hanya mukanya aja kok, aslinya enggak" kataku sambil tersenyum.

Teeet! Teeet! Teet! Bel berbunyi 3 kali yang menandakan pulang. "Huh? Kok pulang kan baru pelajaran pertama?" kataku bingung, "hari ini kan pulang cepat, karena ada rapat" kata Ranny. "Eh pulangnya bareng ya?" kataku pada Ranny, "ehm, jangan jangan, nanti kamu dapet masalah lo. Oh iya soal tadi pagi maaf ya?" kata Ranny, "nggak apa apa, aku cukup kuat kok. Kok maaf?" kataku bingung. "Ya, aku tuh pembawa masalah" kata Ranny menunduk, "kamu masih mau jadi temanku kan?" katanya lagi. "Jelas mau, udah jangan bilang gitu" kataku.

Sepanjang jalan aku dan Ranny jalan bersama. "Ih lihat kucingnya bagus" kataku sambil mendekati kucing itu, "sini mendekatlah Ranny" kataku lagi. Ranny pun mendekat kucing itu berlari ketakutan. "Tuh kan, kucing aja tau kalau aku pembawa sial" kata Ranny sedih, "itu hanya kebetulan kok" kataku. Sepanjang perjalanan hewan hewan menjauh dari aku dan Ranny, 'apa benar Ranny pembawa sial?' pikirku. "Awass!!" Ranny berteriak dan menarikku, dia menunjul pecahan kaca yang hampir aku injak. Teeeeeeeeeeettt! Suara kereta datang, "Eits, bahaya!" kataku sambil menarik Ranny yang hampir tertabrak kereta. "Ouch makasih Anee. Sebaiknya kamu jangan dekat dekat aku, nanti kamu ikutan jadi sial" kata Ranny. "Kita hadapi bersama!" kataku penuh semangat. Aku pun melambaikan tangan karena sudah sampai rumah, "hati hati Ranny" kataku. "Iya terimakasih" kata Ranny.

Sampai di rumah aku membuatkan Ranny jimat agar tidak sial. Aku membuatkan gantungan kunci berbentuk kelinci.

Paginya aku memberikan gantungan itu, "ini jimat buat kamu, ini jimat keberuntungan". "Oh terimakasih, mungkin dengan jimat ini, kesialan ku akan berkurang. Terimakasih" kata Ranny. Ctaaakkk! Piring terbang mainan mendarat di kepala Ranny. "Hahahaha" kata Ranny dan aku tertawa. Mungkin dengan aku bersahabat dengannya kesialan Ranny akan berkurang.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar